This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Thursday, June 12, 2014

Pohon Jati, Investasi Unggulan

Kayu jati memiliki nilai ekonomis begitu tinggi, mengingat permintaan yang sangat banyak, namun persediaan yang ada sangat terbatas.  Kebutuhan kayu di dalam negeri mencapai 2,5 juta m3, tetapi yang dapat dipenuhi hanya sebesar 0,75 juta m3. Besarnya selisih antara permintaan dengan persediaan ini disebabkan oleh semakin berkurang ketersediaan lahan dan umur panen kayu jati yang relatif lama, yaitu 45 tahun. Akan tetapi, berkat penelitian serta pengembangan teknologi, Jati Kultur Jaringan menjawab masalah umur panen ini. Jati kultur jaringan dapat dipanen dalam usia 15 tahun.
Kayu adalah komoditas terbesar ketiga yang diperdagangkan di dunia setelah minyak mentah dan gas. Index Harga Komoditas Dunia menunjukkan, bahwa hanya ada 3 komoditi yang meningkat nilai jualnya selama kurun waktu 10, 20, dan 100 tahun terakhir, yaitu emas, minyak dan kayu. Walaupun emas saat ini masih memiliki kinerja yang sangat bagus, akan tetapi kinerja Emas tidak terlalu baik pada rentang waktu yang panjang yaitu, antara tahun 1979 sampai 2004. Serta harga minyak cenderung sering berfluktuasi karena spekulasi di masa yang akan datang. Perbandingan HTRG menggarisbawahi, investasi kayu dengan kualitas terbaik mengalahkan performa S & P 500 dalam setengah abad terakhir, baik dari segi keuntungan maupun volatilitas.
Hal ini terbukti bahwa kayu jati memiliki kencenderungan mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2002, jati kualitas A3 dengan standar diameter 30 – 39 cm berharga Rp 1.398.000,-. Tahun 2005 jati A3 mengalami kenaikan menjadi Rp 3.617.000,-. Terjadi peningkatan selama 3 tahun sebesar 158 %. Pada tahun 2011, harga jati A3 berada dikisaran Rp 5.177.000,-. Artinya bila dibandingkan dengan harga di tahun 2002, selama 9 tahun, terjadi peningkatan harga sebesar 270,31 %. Bila dirata-ratakan terjadi peningkatan sekitar 30 % per tahunnya.

Tahun
Harga/m3 (Rp)
Prosentase Kenaikan
2002
1.398.000

2005
3.617.000
158.7267525
2008
4.252.000
17.55598562
2011
5.177.000
21.75446849
Tabel 2. Harga Jati Kualitas A3 Dari Tahun ke Tahun

  Sumber Perum Perhutani II

Sunday, April 27, 2014

Jati Kultur Jaringan

Jati Kultur Jaringan merupakan jenis jati yang dibudidaya menggunakan metode kultur jaringan. Kultur adalah budidaya, sedangkan jaringan adalah sekelompok sel yang memiliki bentuk dan sifat yang sama dengan induk. Jadi kultur jaringan memiliki arti membudidayakan suatu tanaman yang akan memiliki sifat sama dengan induknya. Jenis jati ini termasuk ke dalam jati UNGGULAN, karena teknik ini memungkinkan bibit berkembang dari induk terbaik.

Penggunaan teknik kultur jaringan memiliki beberpa kelebihan dibandingkan dengan penggunaan yang konvensional. Menurut Simon (2000), beberapa kelebihan dari penggunaan teknik kultur jaringan dibandingkan dengan cara konvensional adalah faktor perbanyakan tinggi, tidak tergantung pada musim karena lingkungan tumbuh in vitro terkendali, bahan tanaman yang digunakan sedikit sehingga tidak merusak pohon induk, tanaman yang dihasilkan bebas dari penyakit meskipun dari induk yang mengandung patogen internal, tidak membutuhkan tempat yang sangat luas untuk menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak. Sedangkan masalah yang banyak dihadapi dalam mengaplikasikan teknik kultur jaringan, khususnya di Indonesia adalah modal investasi awal yang cukup besar dan sumber daya manusia yang menguasai dan terampil dalam bidang kultur jaringan tanaman masih terbatas.

Bila dibandingkan dengan Jati Konvensional, Jati Kultur Jaringan memiliki beberapa kelebihan, seperti:
1.      Pertumbuhan Jati Kultur Jaringan Seragam,
2.    Volume kayu yang dihasilkan kurang lebih 3 kali lebih besar.

Tahun
Pertumbuhan
Pohon Jati
Konvensional
Kultur Jaringan
5 - 7
Tinggi (m)
4
16
Diamter (cm)
3.5
27.5
10
Tinggi (m)
6
17
Diamter (cm)
8
34
15
Tinggi (m)
12
20
Diamter (cm)
17
40
Tabel 1. Perbandingan Jati Konvensional dengan Jati Kultur Jaringan

Saturday, April 26, 2014

Pohon Jati

Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Jati dikenal dunia dengan nama teak (bahasa Inggris). Nama ini berasal dari kata thekku dalam bahasa Malayalam, bahasa di negara bagian Kerala di India selatan. Nama ilmiah jati adalah Tectona grandis L.f.Pohon Jati bisa tumbuh di tempat dengan curah hujan 1 500 – 2 000 mm/tahun serta suhu 27 – 36 °c baik di dataran rendah ataupun dataran tinggi. Area yang sangat baik untuk perkembangan jati yaitu tanah dengan ph 4. 5 – 7 serta tidak dibanjiri dengan air.

Jati memiliki pertumbuhan yang lambat dengan germinasi rendah (biasanya kurang dari 50%) yang membuat proses propagasi secara alami menjadi sulit sehingga tidak cukup untuk menutupi permintaan atas kayu jati. Sekitar 70% kebutuhan jati dunia pada saat ini dipasok oleh Burma. Sisa kebutuhan itu dipasok oleh India, Thailand, Jawa,  Srilangka, dan Vietnam. Di Indonesia sendiri, selain di Jawa dan Muna, jati juga dikembangkan di Bali dan Nusa Tenggara, Pulau Sulawesi, Pulau Muna, daerah Bima di Pulau Sumbawa, dan Pulau Buru.

Kayu jati merupakan kayu kelas satu karena kekuatan, keawetan dan keindahannya. Secara teknis, kayu jati memiliki kelas kekuatan I dan kelas keawetan I. Kayu ini sangat tahan terhadap serangan rayap. Meskipun keras dan kuat, kayu jati mudah dipotong dan dikerjakan, sehingga disukai untuk membuat furniture dan ukir-ukiran. Sekalipun relatif mudah diolah, jati terkenal sangat kuat dan awet, serta tidak mudah berubah bentuk oleh perubahan cuaca. Atas alasan itulah, kayu jati digunakan juga sebagai bahan dok pelabuhan, bantalan rel, jembatan, kapal niaga, dan kapal perang.