Jati Kultur Jaringan merupakan jenis jati yang dibudidaya
menggunakan metode kultur jaringan. Kultur adalah budidaya, sedangkan jaringan
adalah sekelompok sel yang memiliki bentuk dan sifat yang sama dengan induk.
Jadi kultur jaringan memiliki arti membudidayakan suatu tanaman yang akan
memiliki sifat sama dengan induknya. Jenis jati ini termasuk ke dalam jati UNGGULAN, karena teknik ini memungkinkan bibit
berkembang dari induk terbaik.
Penggunaan
teknik kultur jaringan memiliki beberpa kelebihan dibandingkan dengan
penggunaan yang konvensional. Menurut Simon (2000), beberapa kelebihan dari
penggunaan teknik kultur jaringan dibandingkan dengan cara konvensional adalah
faktor perbanyakan tinggi, tidak tergantung pada musim karena lingkungan tumbuh
in vitro terkendali, bahan tanaman yang digunakan sedikit sehingga tidak
merusak pohon induk, tanaman yang dihasilkan bebas dari penyakit meskipun dari
induk yang mengandung patogen internal, tidak membutuhkan tempat yang sangat
luas untuk menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak. Sedangkan masalah yang
banyak dihadapi dalam mengaplikasikan teknik kultur jaringan, khususnya di
Indonesia adalah modal investasi awal yang cukup besar dan sumber daya manusia
yang menguasai dan terampil dalam bidang kultur jaringan tanaman masih terbatas.
Bila
dibandingkan dengan Jati Konvensional, Jati Kultur Jaringan memiliki beberapa
kelebihan, seperti:
1.
Pertumbuhan Jati
Kultur Jaringan Seragam,
2.
Volume kayu yang
dihasilkan kurang lebih 3 kali lebih besar.
Tahun
|
Pertumbuhan
|
Pohon Jati
|
|
Konvensional
|
Kultur Jaringan
|
||
5 - 7
|
Tinggi (m)
|
4
|
16
|
Diamter (cm)
|
3.5
|
27.5
|
|
10
|
Tinggi (m)
|
6
|
17
|
Diamter (cm)
|
8
|
34
|
|
15
|
Tinggi (m)
|
12
|
20
|
Diamter (cm)
|
17
|
40
|
Tabel
1. Perbandingan Jati Konvensional dengan Jati Kultur Jaringan